Label

asal (2) bagus (1) bahasa (4) belajar (4) bread love and dreams (1) cool (2) deathly hallows (1) Dream weaver (1) fakta (2) fanfictions (5) ff (3) foto (4) ga bosen-bosen (10) harry potter (1) info (3) iseng (9) jalan-jalan (2) Jepang (7) Joeng-hoon (3) keren (11) Koike teppei (3) Korea (5) korean drama (1) L Hirasawa (3) lagu (3) lyrics (1) melodi (1) menenangkan (2) merdu (2) meyenangkan (8) minat (2) multimedia (1) music (3) my friend (2) photoshop (1) PV (1) sinopsis (1) story (2) Sweden (2) Template (1) terbaru (5) tugas (2) ujian (1) wawasan (4) web (1) Younha (3) YUI (8)

Minggu, 10 Oktober 2010

KAGUYA HIME


KAGUYA HIME

Zaman dahulu di Jepang, hiduplah sepasang suami-istri yang sudah tua dan miskin. Si suami yang sudah kekek-kakek setiap hari ke hutan mengumpulkan ranting-ranting atau menebang pohon. Ranting-ranting dan kayu yang dikumpulkannya dijual ke penduduk desa, lalu uangnya dipakai untuk membeli bahan-bahan makanan.

Suatu hari, saat menebang bambu di hutan, Si Kakek melihat sebatang bambu yang aneh. Bambu itu memancarkankan cahaya keemasan. Belum pernah dia melihat bambu seperti itu. Rasa heran membuatnya melangkahkan kaki ke arah bambu itu. Semakin dekat ke arah bambu, cahaya bambu itu semakin terang. Lalu, Si Kakek menebang bambu tersebut untuk mengetahui apa yang ada di dalamnya.

Ajaib. Ternyata yang menyebabkan bambu itu bercahaya adalah seorang gadis kecil mungil yang ada di dalamnya. Kecil sekali, sebesar ibu jari. Si Kakek itu membawa gadis kecil tersebut pulang ke rumah. Dia senang sekali karena setelah puluhan tahun tidak dikarunia anak, akhirnya punya anak juga.

“Nenek, lihat apa yang kakek bawa?” teriak Si Kakek dari halaman rumah. “Cepat Nek, kau pasti senang melihat ini.”

Dengan tergopoh-gopoh Si Nenek membuka pintu, “Ya, Kakek bawa apa?” Betapa terkejutnya Si Nenek melihat gadis kecil mungil yang dibawa Si Kakek.

“Kakek, anak siapa ini?” tanya Si Nenek penasaran. “Cantik sekali.”

Si Kakek menceritakan kejadian yang tadi dialaminya. Lalu, sepasang kakek-nenek itu memutuskan membesarkan gadis kecil itu. Si Kakek dan Si Nenek menamai gadis itu Putri Kaguya. Sejak saat itu, setiap kali Si Kakek pergi ke hutan, dia akan mendapatkan uang emas dari bambu yang dipotongnya. Karena itulah kehidupan sepasang kakek-nenek itu menjadi berkecukupan.

Ajaibnya, hanya dalam waktu tiga bulan, Kaguya Hime tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Berita kecantikannya tersebar luas ke seluruh negeri. Hingga suatu hari, datanglah seorang lelaki muda melamarnya untuk dijadikan istri. Kaguya Hime menolaknya. Lalu, datang lagi laki-laki lain yang juga melamarnya. Kaguya Hime menolak lamaran semua lelaki yang melamarnya, tapi ada lima orang bangsawan yang tak mau menyerah dan terus mendesaknya. Agar mereka tidak terus-terusan mendesak, Kaguya Hime mengajukan sebuah syarat. Dia berjanji akan menikah dengan orang yang membawakan hadiah yang dimintanya. Tapi, karena barang yang diminta Kaguya Hime bukanlah barang-barang yang ada di bumi, tak seorang pun dari kelima bangsawan itu bisa memenuhinya. Akhirnya mereka menyerah.

Pada saat yang sama, Sang Kaisar mendengar kecantikan Puteri Kaguya dan berencana menjadikan gadis itu istrinya, permaisurinya. Kaisar mendatangi rumah Kaguya Hime,

“Kaguya Hime, menikahlah denganku. Kau akan kubawa ke istana sebagai permaisuriku.”

“Saya tidak mau, Yang Mulia”

“Kau akan hidup senang. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu.” Bujuk Sang Kaisar.

“Maaf Yang Mulia, tapi saya lebih senang hidup sebagai rakyat biasa.” Kaguya Hime terus menolak bujukan Sang Kaisar.

Kesabaran Sang Kaisar sudah sampai pada batasnya. Dia mau membawa Kaguya Hime secara paksa ke istananya.

“Kaguya Hime, kau harus jadi istriku. Tak bisa dengan cara lembut, cara kesar terpaksa kulakukan untuk membawamu ke istana,” teriak Sang Kaisar sambil menyergap Kaguya Hime.

Tiba-tiba, Kaguya Hime menghilang tepat di depan matanya. Sang Kaisar menyadari ada sesuatu yang luar biasa pada diri Kaguya Hime dan akhirnya dia pun menyerah.

Tiga tahun berlalu. Kaguya Hime tumbuh semakin cantik. Lalu, pada suatu musim panas, saat malam bulan purnama Kaguya Hime terlihat murung. Sejak saat itu, setiap melihat bulan wajahnya terlihat sedih. Dia menatap bulan dengan air mata bercucuran di pipinya. Si Kakek dan Si Nenek menjadi cemas. Lalu bertanya pada Kaguya Hime,

”Kaguya Hime, belakangan ini kau terlihat selalu murung. Apa yang membuatmu bersusah hati.”

Sambil menatap langit, Kaguya Hime berkata, “Sebenarnya aku datang dari bulan. Aku diperintahkan rajaku tinggal di bumi, tapi sekarang aku harus pulang ke bulan. Aku sangat menyayangi kalian dan akan sangat merindukan kehidupan di bumi. Karena itulah aku sedih”.

Si Kakek dan Si Nenek itu terkejut. “Apa? Kau berasal dari bulan?” “Ya, aku berasal dari bulan. Aku bukan makluk bumi ini.” jawab Kaguya Hime. “Sebentar lagi prajurit bulan akan datang menjemputku. Aku tak bisa lagi tinggal di bumi.”

Mendengar itu Si Kakek dan Si Nenek itu jadi sedih. Mereka tidak mau anak kesayangannya pergi. Karena itu mereka menemui Sang Kaisar dan menyusun rencana. Pada saat bulan purnama, sebagian pengawal Sang Kaisar akan menyembunyikan Kaguya Hime dalam rumah dan menjaganya. Sebagian lagi akan mengahalangi kedatangan prajurit bulan tersebut di halaman rumah.

Tiba-tiba, langit malam yang gelap gulita berubah terang-benderang. Para prajurit bulan yang berpakaian mewah turun dari langit menaiki awan. Saat itu juga, para pengawal yang ada di luar membatu dan kehilangan keberanian. Para prajurit bulan mendandani Kaguya Hime dengan jubah bulu bulu yang sangat indah dan menaikkannya ke atas tandu. Lalu, Kaguya Hime bersama prajurit bulan terbang ke bulan.