Label

asal (2) bagus (1) bahasa (4) belajar (4) bread love and dreams (1) cool (2) deathly hallows (1) Dream weaver (1) fakta (2) fanfictions (5) ff (3) foto (4) ga bosen-bosen (10) harry potter (1) info (3) iseng (9) jalan-jalan (2) Jepang (7) Joeng-hoon (3) keren (11) Koike teppei (3) Korea (5) korean drama (1) L Hirasawa (3) lagu (3) lyrics (1) melodi (1) menenangkan (2) merdu (2) meyenangkan (8) minat (2) multimedia (1) music (3) my friend (2) photoshop (1) PV (1) sinopsis (1) story (2) Sweden (2) Template (1) terbaru (5) tugas (2) ujian (1) wawasan (4) web (1) Younha (3) YUI (8)

Jumat, 07 Januari 2011

Find Me ( YUI, Kim Joeng Hoon, Younha, Koike Teppei fanfiction ) part 1

Hai hai! apa kabar? Lama tak jumpa.. dan aku mau ngucapin satu kata SHINNEN OMEDETTO GOZAIMASU.. ga kerasa udah 2011 ajj.. hehhe..
Nahh hari ini aku mau ngeshare salah satu fan fictions buatan temanku disini..
" Fan fictions tentang siapa? " 
Yui dongg!! hehehe.. udah ahh mending langsung baca ajj.. :)

Find Me ( YUI, Kim Joeng Hoon, Younha, Koike Teppei fanfiction ) part 1


  author : L Hirasawa :)

Teng..teng..teng.. Bel sekolah sudah berdentang, semua murid berhamburan keluar kelas. Seorang gadis dengan rambut sebahu, berwajah cantik tapi terkesan dingin tidak beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu masih menatap lembaran musik yang berisi not-not balok.
“Nee-chan, apa yang kau lakukan di sini daritadi aku menunggumu tahu.” Seorang gadis berambut pendek, berwajah cantik. Matanya berbinar memancarkan keceriaan mendekati Yui.
“Oh tidak ada” Yoshioka Yui gadis yang berambut sebahu itu langsung memasukkan lembaran musik ke dalam tasnya.
“Nee-chan, aku sudah memberitahu ibu soal keinginanku kemarin.”
“Lalu?” Yui menatap Yoshioka Younha adiknya.
“Coba tebak??, jika nee-chan bisa menjawab dengan benar aku akan mentraktir eskrim”
“aku tidak suka eskrim, lagi pula pasti jawaban ibu iya.” Yui menyampirkan tasnya di lengan lalu meninggalkan Younha yang masih terdiam.
“Oi.. Nee-chan tunggu aku!!” Younha berlari-lari mendekati Yui.
“Bagaimana nee-chan bisa tahu?, nee-chan selalu bisa menebak.”
“Menurutmu jika ada orang yang bertanya apa keinginannya terkabul dan orang itu sama sekali tidak menampakkan ekspresi sedih tapi tersenyum riang. Apakah menurutmu keinginannya tercapai?”
“Ya, sepertinya iya?”
“Daritadi kau terus senyum-senyum sendiri , ekspresimu mudah ditebak.”
“Ya, semua orang memang seperti itu. Saat sedih kelihatan sedih, saat senang kelihatan senang. Tapi aku sering memperhatikan nee-chan suka seperti tanpa ekspresi saat sedih dan senang tidak ada yang berubah dari raut wajah nee-chan. Bagaimana kau melakukannya?.”
“Aku sudah terlahir seperti ini.” Jawab Yui pendek, lalu berjalan cepat meninggalkan Younha.

Yui dan Younha dua kakak beradik yang sangat bertolak belakang. Umur mereka hanya terpaut satu tahun. Yui sangat pendiam, selalu menutup diri, tidak suka keramaian, dia tidak ikut dalam kegiatan apa pun di sekolahnya, dia terlihat tomboy . Tidak pernah memakai rok kecuali rok sekolah. Pakaiannya hanya jeans, jaket, dan T-shirt. Sementara Younha adiknya sangat periang, dia mudah bergaul dan selalu bersikap manis, dia selalu ingin menjadi nomor satu dalam segala hal dan mengikuti semua kegiatan di sekolahnya. Dia sangat feminim dan fashionable. Tapi dua-duanya berbakat di bidang musik. Karena bakat seni mengalir dari kedua orangtua mereka. Ayah mereka adalah seorang komposer ternama juga pianis. Dan ibu mereka mantan penyanyi terkenal di era 90-an. Mula-mulanya Yui dan Younha sama-sama diajarkan piano dari kecil oleh ayah mereka. Tapi Yui yang beranjak dewasa mulai melirik alat musik lain yaitu gitar, dan dia merasa lebih merasa nyaman saat memainkan gitar, sementara Younha merasa dari awal sudah cocok dengan piano.

---

Yui dan Younha memasuki rumah mereka yang cukup besar.

“Kalian sudah pulang?, Younha.. lihat, ini yang kau mau bukan?” Seorang wanita cantik dan umurnya sekitar 40-an memegang sepasang sepatu mahal dari kulit.

“Ah.. Ibu sudah membelikanku?, sangat cantik.” Younha meraih sepatu itu dan memandanginya dengan mata berbinar.
Yui melihat sekilas ke sepatu itu, lalu berjalan memasuki kamarnya.

----

Yui memakan nasinya dalam diam, sementara Younha terus bercerita panjang lebar tentang betapa sibuknya dia di sekolah. Mereka sedang makan malam bersama, Ibu dan Ayahnya tersenyum mendengarkan Younha.
“Ibu akan mengadakan pesta merayakan ulang tahun pernikahan ayah dan ibu yang ke 19. Bagaimana kalau Younha memainkan piano dan menyanyi di acara itu?” kata ibunya.
“Tentu aku mau ibu, aku akan menyanyi.”
“Bagaimana kalau Yui juga bermain gitar?” kata Ayahnya. Yui berhenti makan, matanya menatap mangkuk nasinya.
“Aku tidak bisa.” Kata Yui.
“Sudah biarkan saja, aku juga tidak mengerti saat kecil kau mahir dalam piano tapi kau memilih gitar. Kau juga tidak pernah ikut kompetisi apapun dan kami juga tidak pernah mendengar kau bermain gitar. Coba kau lihat Younha.” Kata ibunya.
“Aku bermain gitar tidak harus menunjukkan di depan kalian, aku selesai.” Yui meletakkan sumpitnya lalu memasuki kamar.
“Coba lihat sikapnya aku tidak pernah mengajarinya untuk jadi seperti itu.” Kata ibunya.
“Sudahlah, kau juga terlalu keras padanya.” Kata Ayahnya. Yui menatap gitar yang berada di sampingnya. Dia memeluk gitar itu dan menangis, ingatannya melayang ke beberapa tahun silam saat dia berumur 8 tahun dan Younha 7 tahun.

“Ayo cepat kalian sudah terlambat.” Kata ibunya buru-buru mengajak Yui dan Younha masuk. Mereka mengikuti kompetisi piano. Younha medapat giliran lebih dulu. Jari-jarinya bergerak lincah di tuts piano. Younha mendapat sambutan luar biasa, dan Yui juga sama dengan Younha dia bisa memainkan dengan baik. Saat diumumkan pemenang, pertama-tama nama Yui yang di panggil dia memenangkan juara kedua dan Ibunya memeluknya, menciumnya dan mengatakan bangga padanya. Kemudian diumumkan juara pertamanya rupanya yang menang adalah Younha. Ibunya sangat bahagia dan meneteskan air mata. Terus memeluk erat Younha, ibunya bercerita kepada setiap orang tentang Younha dan Yui merasa dilupakan, rasanya sangat sakit. Younha juga ikut berbagai kegiatan seperti menari dan kompetisi olahraga, dia sering menang dan ibunya makin sayang pada Younha. Ibunya selau menuruti dan memanjakan Younha dan Yui lama-lama berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tertutup. Yui menghapus air matanya, lalu jari-jarinya menyentuh senar gitar dan perasaannya jauh lebih tenang.

“Cuma kau yang peduli padaku.” Bisik Yui pada gitarnya.
Yui memakai jaketnya lalu meraih gitar dan pergi, dia menyusuri jalan setapak demi setapak. Akhirnya dia sampai di sebuah bangunan besar dan cukup mewah, sekolah musik tempat Yui belajar memainkan gitar. Saat hatinya gundah dia sering menyelinap masuk ke dalam saat malam hari dan memainkan gitarnya di sana. Yui menyandangkan gitarnya di bahu dan memanjat pagar. Lalu dia membuka jendela belakang yang tidak pernah dikunci lalu masuk ke dalam. Dia naik ke lantai atas, dan berhenti di terasnya. Yui duduk bersila lalu mengeluarkan gitarnya dan memetik senarnya. Nada indah mengalun dari gitar Yui lalu Yui mulai bernyanyi. Suara indahnya berpadu dengan suara gitar dan menjadi sebuah harmonisasi yang indah.

--

Seorang pemuda berwajah manis memasuki sebuah ruangan, dia mendengar suara gitar dan nyanyian yang indah. Pemuda itu mendengar sepertinya suara itu berasal dari atas, dia bergegas menaiki tangga tapi suara itu menghilang. Pemuda itu mencari-cari ke seluruh ruangan tapi tidak menemukannya.
“Jangan-jangan.. Hantuuuuuuuu.” Pemuda itu lari ketakutan.
Yui yang bersembunyi di balik pintu menghembuskan nafas lega.

---

Joeng hoon memasuki halaman sekolah barunya dengan santai, semua mata gadis-gadis melihat kearahnya. Tapi dia cuek dan melangkah terus ke depan. Tangannya menyentuh liontin bintang dilehernya.

“Kau pasti akan aku temukan.” Joeng hoon berbicara sendiri.
Ingatannya kembali ke beberapa tahun silam saat dirinya berumur 8 tahun.

Flashback

Saat itu Joeng hoon sedang liburan ke Jepang. Joeng hoon berdarah campuran, Ayahnya orang Korea dan Ibunya orang Jepang. Saat itulah pertamakalinya dia menginjakkan kaki di tanah kelahiran ibunya. Siang itu matahari bersinar cerah, Joeng hoon bersepeda ke taman yang berada di sebelah rumah pamannya. Dia melihat seorang anak perempuan yang seumuran dengannya sedang duduk di ayunan dan menangis. Joeng hoon mendekati anak perempuan tersebut.
“Mengapa menangis?”
“Aku..aku…aku.. tidak bisa me..menang…” anak perempuan itu berkata terbata-bata, dan terus menangis,dia memegang piala.
“Bukankah kau sudah menang?, kau mendapat juara kedua. Hebat sekali.” Joeng hoon membaca tulisan di piala tersebut.
“Aku.. ti..tidak..bi..sa..juara..sa..tu..”
“Jangan menangis, aku yakin suatu hari kau akan juara satu. Dan aku akan jadi orang pertama yang memberi selamat padamu.”
“Benarkah?, tapi kau siapa?”anak perempuan itu menghapus airmatanya dan menatap joeng hoon.
“Aku ultraman.” Jawab Joeng hoon sambul tersenyum.
“Ultraman???” anak perempuan itu heran.
“Lalu siapa namamu?” tanya Joeng hoon.
“Namaku hello kitty.” Jawab anak perempuan itu polos dan Joeng hoon tertawa.
“Baiklah hello kitty, kau tinggal di mana?”
“Rumahku tidak jauh dari taman ini, tiga rumah dari sini, kalau kau?”
“Rumah pamanku di sebelah, rumahku yang sebenarnya ada di Korea.”
“Jauh sekali.”
“Ya sangat jauh, tapi aku kesepian di sini. Maukah kau terus datang ke taman ini menemaniku?”
“Apakah aku menemanimu bermain?”
“Bukan aku sedang mengajakmu kencan.”

Anak perempuan itu menatap Joeng hoon heran, tapi dia mengangguk tanda setuju. Setiap sore anak perempuan itu datang ke taman dan menemani Joeng hoon.
“Ayo sekarang aku akan mengajarimu naik sepeda?” kata Joeng hoon.
“Ultraman aku takut naik sepeda.”
“Makanya kau harus belajar.” Anak perempuan itu naik ke atas sepeda dengan takut-takut.
“Jangan dilepas ya?, nanti aku bisa jatuh.”
“Tidak akan aku lepaskan.” Tapi Joeng hoon sudah melepas tangannya dari belakang sepeda daritadi.
“Lihat kitty kau bisa” kata Joeng hoon. “
"Oh.. kau melepasnya.. huaaah…”
gubrak….anak perempuan itu jatuh, lututnya berdarah dan dia menangis.
“Jangan menangis, maaf aku yang salah.”
“Huaa..hiks.. sakit sekali.. tidak ada yang mau menikah denganku lagi sekarang..hiks"
“Mengapa tidak ada yag ingin menikahimu?”
“Karena lututku luka dan nanti jika berbekas tidak ada yang ingin menikah denganku.”
“Kalau tidak ada yang ingin menikahimu, aku berjanji aku yang akan menikahimu.”
“Benarkah?, kau akan menikahiku?.”anakperempuan itu menghapus airmatanya.
“Ya, aku ultraman bersumpah akan menikahi kitty.”
“Jadi kita akan terus bersama sampai kita dewasa dan kemudian menikah?”
“Aku ingin, tapi aku tidak bisa, besok aku sudah kembali ke Korea.”
“Apa?, mengapa cepat sekali?” anak perempuan itu menangis lagi.
“Jangan menangis, aku berjanji. Suatu hari nanti aku akan kembali ke sini, makanya kau harus menyimpan benda ini.”
Joeng hoon memberikan gantungan kunci ultraman kepada anak perempuan itu.
“Simpan baik-baik, supaya aku bisa menemukanmu. Jangan pernah hilangkan, jika hilang kita tidak bisa menikah. Mengerti?” Anak perempuan itu mengangguk, lalu dia melepas liontin bintang yang sedang dipakainya.
“Ultraman aku ingin memberikanmu ini, jadi jika kau tidak datang mencariku. Aku yang akan mencarimu untuk menagih janji, jadi aku mohon simpan liontin ini baik-baik. Ini liontin pemberian ibuku.”
“Bukannya ini sangat penting, ini pemberian ibumu?”
“Aku ingin kau menyimpannya, terima saja.”
“Baiklah kalau begitu, tunggu aku. Aku akan menepati janji.”

End of flashback

Joeng hoon masih menyentuh liontin itu sekali lagi, liontin bintang yang dibelakangnya terukir nama keluarga Yoshioka.
“Aku datang menepati janji, Yoshioka”


to be continued....

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar